Selasa, 30 April 2013

IPS SD Kelas IV Semester I : Peta




1. Pengertian Peta
Denah dan peta  sama-sama menunjukkan tempat atau wilayah. Perbedaan antara denah dan peta terletak pada luas wilayah yang ditunjukkan. Wilayah yang ditunjukkan oleh denah sangat terbatas. Sedangkan wilayah yang ditunjukkan oleh peta sangat luas. Peta bias menunjukkan wilayah kabupaten, provinsi, negara, dan benua. Bahkan, sebuah peta bias menunjukkan wilayah seluruh dunia.
Luas wilayah dalam peta lebih kecil dari keadaan sebenarnya. Itu berarti wilayah yang digambar dipeta diperkecil. Namun dalam memperkecil ukuran tidak boleh sembarangan. Untuk menggambar peta harus mengikuti skala atau perbandingan tertentu.
Peta atau map adalah ganbar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang dilukiskan ke suatu bidang datar dengan perbandingan atau skala tertentu.
2. Unsur-unsur Peta
    1. Judul peta; judul peta menunjukkan nama peta. Contoh : peta Indonesia.
    2. Garis tepi peta; batas-batas pinggir gambar peta untuk menulis angka-angka derajat astronomis.
    3. Legenda; keterangan yang menjelaskan symbol-simbol pada peta.
    4. Simbol; gambar yang digunakan untuk mewakili objek-objek dalam peta.
    5. Skala; perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sebenarnya.
3. Mengukur Jarak Memakai Skala Sederhana
Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sebenarnya.
Bagimana cara mengukur jarak sesungguhnya menggunakan peta? Misalnya kita akan mengukur jarak antara kota A dan kota B. skala pada peta 1 : 1.000.000. langkah-langkahnya sebagai beikut :
  1. Ambil jangka untuk mengukur. Tancapkanjarum jangka pada kota A. aturlah jangka supaya pensilnya tepat di atas kota B.
  2. Ukurlah lebar jangka menggunakan penggaris. Kamu akan mengetahui jarak antara kota A dan B di peta.
  3. Setelah diketahui jarak A dan B kita hitung jarak sesungguhnya berdasarkan skala. Misalnya, jarak A dan B adalah 5 cm. kalau skala petanya 1 : 1.000.000. berarti :
1 cm di peta = 1.000.000 cm jarak sesungguhnya.
1000.000. cm = 10.000 m = 10 km.
Ini berarti 1 cm di peta mewakili 10 km jarak sesungguhnya.
Jarak A dan B di peta 5 cm.
Ini berarti 5 X 10 km = 50 km.
Jadi jarak kota A dan kota B sebenarnya adalah 50 km

Senin, 22 April 2013

Bahasa Jawa SD Kelas VI/1: Nulis Aksara Jawa


Mengingat Kembali Aksara Jawa


Sebagai wong jawa masa kita ngga kenal sama yang namanya aksara jawa sih, malu-maluin. Apa lagi jika anda pintar bahasa Inggris, Jepang, Korea dsbg.
Nah, sebagai orang jawa, kita sepatutnya menguri-uri (melestarikan) kebudayaan jawa. Biar kebudayaan kita ini tidak punah. Benar tidak?

Mulai saja belajar bahasa jawanya ya. :)

Aksara Carakan
Atau yang biasa disebut aksara inti ini terdiri dari 20 aksara (huruf).

Aksara Pasangan
Aksara ini digunakan untuk menekan vokal konsonan di depannya. Sebagai contoh, untuk menuliskan dawet ayu, akan diperlukan pasangan untuk "ha" agar "t" pada dawet tidak bersuara. Tanpa pasangan "t" tulisannya berbunyi dawetaayu.
Perlu anda ketahui,  penulisan Jawa Hanacaraka tidak mengenal spasi, sehingga penggunaan pasangan dapat memperjelas kluster kata. Hurufnya seperti  di atas, yang sebelah kanan.

Aksara Swara (Suara)

Ada perbedaan jumlah dalam aksara ini, ada yang bilang 7 ada juga yang bilang 5, tapi intinya tetap sama. Aksara ini digunakan untuk menuliskan aksara vokal yang menjadi suku kata, terutama yang berasal dari bahasa asing. Aksara suara tidak dapat dijadikan sebagai aksara pasangan sehingga aksara sigegan yang terdapat di depannya harus dimatikan dengan pangkon. Walaupun demikian aksara suara dapat diberi sandhangan wignyan, layar, dan cecak.
Berikut ini aksaranya :

Aksara Rekan
Aksara ini berfungsi untuk menuliskan huruf-huruf yang berasal dari serapan bahasa asing, khususnya Arab. Aksara rekaan dapat menjadi aksara pasangan, dapat diberi pasangan, serta dapat diberi sandhangan seperti keduapuluh aksara ini.

Aksara Murda (Huruf Kapital)
Huruf kapital ini berjumlah sembilan buah yang seringkali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang menunjukkan nama gelar, nama diri, nama geografi, nama lembaga pemerintah, dan nama lembaga berbadan hukum. Aksara murda ini tidak dapat dipakai sebagai penutup suku kata (sigegan).



Aturan pemakaian aksara murda: suku pertama biasanya yang dikapitalisasi (ditulis dengan aksara murda), namun apabila tidak tersedia aksara murda untuk suku pertama, maka suku kedua yang dikapitalisasi. Apabila tidak tersedia aksara murda untuk suku kedua, maka suku ketiga yang dikapitalisasi, dan seterusnya. Awal kalimat tidak perlu ditulis menggunakan huruf kapital.
Berikut huruf-huruf murdanya:
Aksara Wilangan (Angka Jawa)
Untuk penulisan bilangan dalam bahasa Jawa, yaitu angka 1 s/d 10 dalam aksara Jawa.

Tanda Baca (Sandangan)
Merupakan tanda baca yang biasa digunakan, huruf hidup
serta huruf mati yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari,
yaitu tanda : koma, titik, awal kalimat, dll.